Pendidikan Matematika Sebagai Indikator Kemajuan Bangsa

Pendidikan Matematika

Sebagai Indikator Kemajuan Bangsa


Dalam dimensi kekinian, kita dihadapkan pada kondisi penuh distorsi, kleptokrasi, dan kecarut-marutan negeri. Ketika korupsi merajalela, hingga hukuman pun dapat terbeli, maka ironilah yang terjadi. Dinasti pemerintahan, politik-rente, dekatnya definisi seorang pengusaha dan pemborong, atau bahkan kasus suap yang menjerat tokoh penting, sungguh sudah menjadi pemandangan sehari-hari. Mungkin telah mengakar dalam kerangka budaya bangsa. Indonesia kini telah meninggalkan jati dirinya.

Penulis akan sajikan pembahasan argumentatif yang dapat dipertanggungjawabkan. Sebagai generasi muda yang bangga atas afirmasi bangsanya sendiri, sudah selayaknya penulis jabarkan beberapa kesadaran yang mesti pembaca sekalian pahami.

Menurut John Dewey, pendidikan diartikan sebagai proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia. Pendidikan sebagai sarana peningkatan keberdayaan seorang manusia dalam menempatkan dirinya dalam lingkaran sosial, sudah semestinya dijunjung – baik moral maupun material – ke martabat yang lebih tinggi. Pendidikan adalah langkah awal dari kedigdayaan  para pribadi yang luar biasa. Pendidikan juga dapat dimaksudkan sebagai ruang untuk membangun bangsa secara intelektual dan emosional.

Matematika merupakan salah satu pengetahuan tertua, terbentuk dari penelitian bilangan dan ruang. Matematika adalah suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri dan tidak merupakan cabang dari ilmu pengetahuan alam serta merupakan alat dan bahasa dasar untuk banyak ilmu. Matematika dapat dikatakan sebagai sumber dasar pengetahuan.

Pendidikan matematika adalah sarana sosialisasi untuk memperdalam pengetahuan matematika. Baik secara sadar maupun tidak, sesunguhnya setiap orang sudah mengaplikasikan teori matematika di dalam kehidupan sehari-hari. Seperti berbelanja, menghitung sesuatu, dan perkara rutinitas lainnya yang berkaitan dengan matematika. Namun pada kesempatan ini penulis akan menjabarkan peran pendidikan matematika pada ruang lingkup yang lebih luas, yaitu dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Indonesia adalah wilayah di bumi yang amat bernilai. Dengan kekayaan alam, budaya, dan potensi lainnya sudah sepantasnya Indonesia menjadi Negara adi daya. Kayu bisa jadi tanaman, lautan sedamai kolam susu, keindahan alam nan elok dipandang, kearifan lokal terpuji, sekiranya hanya menjadi kisah sebelum tidur tentang negeri ini di masa silam. Syair indah itu kini menjadi elegi.  Korupsi membabi buta, disintegrasi, konflik sara, pemimpin yang begitu berkuasa, pembunuhan, menjadi berita pengiring utama ketika bangun pagi. Bangsa ini sudah berpindah jauh dari titik asalnya.

Jika dicermati mendalam, ada perkara yang sekiranya menjadi penyulut dari realita yang ada. Yaitu pendidikan matematika yang kini hanya beracuan kepada nilai dan upaya praktis. Menjadi rahasia umum bahwa dewasa ini sudah kentara berjamurnya tempat bimbingan belajar dengan tawaran persuasif seperti rumus cepat dan cara lainnya hanya untuk lulus ujian tertentu. Generasi bangsa kita sudah terpaku akalnya untuk berhenti berpikir kecuali demi lulus ujian dan mendapat nilai yang istimewa. Mereka mengenyampingkan pendidikan formal yang lebih mengedepankan konsep belajar yang runtut.

Pendidikan formal di sekolah mengajarkan Matematika dengan pemahaman konsep. Ketika banyak siswa pun yang lebih mengandalkan tempat bimbingan belajar, tentu tidak menutup kemungkinan ditemukannya kejanggalan dalam sistem pendidikan formal tersebut. Maka sudah selayaknya pendidikan matematika di sekolah lebih adaptif, kreatif, dan inovatif. Agar para siswa lebih mencintai matematika yang diajarkan di sekolah dan berimplikasi kepada suasana belajar yang lebih kondusif.

Pendidikan matematika amat penting pada laju kembang  pelajar di Indonesia. Di setiap jurusan SMA, sudah pasti mata pelajaran matematika terdapat di dalamnya. Pemahaman matematika yang baik dapat menjadi refleksi dari karakter seorang remaja yang menjunjung tinggi harkat dan martabat bangsanya.

Dalam UUSPN No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pasal 3 menyebutkan pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Sudah jelas sekali bahwa perundang-undangan menghendaki adanya sistem pendidikan yang merepresentasikan kondisi karakter siswa/pelajar yang berkarakter teladan.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki beberapa kemampuan yang dibutuhkan pada era globalisasi seperti saat ini. Antara lain untuk memahami konsep matematika, menggunakan penalaran pada pola dan sifat, memecahkan masalah, mengomunikasikan gagasan dengan simbol untuk memperjelas keadaan atau masalah, memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, dan sikap ulet serta percaya diri dalam pemecahan masalah. Tentu beberapa kemampuan tersebut begitu diharapkan menjadi karakter generasi muda bangsa.

Sudah jelas sekali bahwa pendidikan matematika menentukan karakter bangsa yang dimulai dari penghayatan oleh para generasi mudanya. Pendidikan matematika yang hanya sekadar mengandalkan rumus praktis sungguh telah memengaruhi generasi muda untuk tidak lagi berupaya sedemikian berat demi kesukesan di masa depan. Mari kita ubah pemikiran untuk kembali ke era 60-an ketika pemahaman keilmuan masih mengagungkan konsep yang mahadahsyat. Ketika itu pula karakter muda bangsa menjadi jiwa-jiwa yang gigih, tidak kenal menyerah, dan berjuang atas nama bangsa tanpa sedikitpun penyesalan. Namun jika yang diutamakan hanyalah perkara praktis,  maka mereka belum paham bahwa kehidupan tidak dengan sederhananya ditentukan oleh ujian akademik semata. Tingkatkanlah pemahaman.

Juga kepada lembaga pendidikan yang merupakan sarana pembentuk karakter bangsa, untuk lebih moderat dan terbuka bagi setiap kreatifitas dan inovasi yang membangun dalam hal pembelajaran, khususnya matematika. Sebab siswa akan selalu muda dan berubah pola prilakunya seiring berjalannya waktu. Adaptif dan kreatiflah.

Pada akhirnya penulis simpulkan bahwa peran pendidikan matematika sebagai indikator kemajuan bangsa dapat dibuktikan. Matematika mengajarkan kita untuk berkarakter gigih, analitik, konseptual, bernalar secara benar, dan percaya diri dalam menyelesaikan masalah. Maka dengan karakter seperti itu, bangsa kita dapat lebih maju.



Karya :Muhamad Fathan Mubin (MAN 2 KOTA SERANG)
Juara 1 Essai SEMATA 2013
HIMATIKA UNTIRTA
Previous
Next Post »

2 komentar

Write komentar
Unknown
AUTHOR
18 Desember 2013 pukul 02.27 delete

Blog ini bermanfaat sekali , Thanks gan !!



bisnistiket.co.id

Reply
avatar

Terima Kasih telah berkomentar di blog ini EmoticonEmoticon

Sekretariat

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Pakupatan-Serang Gedung PKM B lantai 1 HIMATIKA 081287301010 (Ivan Rivaldi/Admin)